Tentangsinopsis.com – Sinopsis Bossam: Steal the Fate Episode 3 Part 2, Simak full recap spoiler lenmgkapnya berada pada link tulisan yang ini. Sedangkan cuilan pertamanya Episode Sebelumnya ada di link ini.
Putri meminta pramusaji itu menampilkan jepit rambut ke dayang Han untuk menemuinya di paviliun Aeryeonjeong taman huwon tetapi surat itu didapatkan kepala pramusaji dan diberikan ke dayang Kim.
Malam itu putri menanti dayang Han di kawasan yang dijanjikan tetapi betapa terkejutnya ia di saat yang tiba dayang kim yang berbasa bau menanyakan keadaannya. Putri merasa ibunya tak tahu ia di sana. Dayang kim memujinya pintar waktu masih kecil dan kini masih bijaksana. Cha dol sembunyi dibelakang punggung putri.
“Kulihat kau melakukan pekerjaan sama dengan ayah mertuaku.”
“Penasehat negara kiri memang memerintahku namun saya tak melakukan pekerjaan sama dengannya. Aku senantiasa berpihak pada baginda raja.”
“Tapi kenapa kau melaksanakan itu?”
“Fakta bahwa kau ingin hidup akan menjadi dilema bagi baginda raja.”
“Apa maksudmu “masalah”?”
“Iya ini akan menjadi dilema jikalau fakta bahw kau masih hidup dikenali oleh baginda, apa kau sudah mempertimbangkan apa yang hendak terjadi? Karena tuan sudah melaksanakan kejahatan bikin delusi mendustai raja. Dan sebab ia menjajal membunuh putrinya yang berharga. Bukankah ini pengkhianatan? Tentu saja faksi barat dan faksi selatan akan memberontak. Dan mereka juga akan menderita. Bukan cuma penasehat kiri dan keluarganya namun juga faksi utara. Tapi siapa “Tuan -nya” orang paling berkuasa di joseon. Dia kondang selaku pemimpin utara yang memeluk keluarga kerajaan dalam pelukannya. Dia niscaya bukan orang yang hendak menanggungnya membisu diam. Mungkin…pemberontakan gotong royong akan terjadi. Bisakah kau memikul tanggung jawab untuk semua ini putri.”
Putri melongo ketakutan. Dayang kim berbisik, Tolong matilah putri. Ini satu satunya jalan yang menjamin kemakmuran raja dan kuil jungmyo. Tanpa motif tersembunyi saya menyampaikan ini. Hanya demi menyelamatkan baginda raja kau mesti memercayaiku.”
Tiba tiba raja ke sana dan menyapa dayang kim. Itu kau Gaesi. Putri menoleh sedikit kemudian menundukkan wajahnya. Dayang kimsengaja bangun ddi tengah tengah menutupi putri dengan tubuhnya.
“Apa yang anda kerjakan di sini selarut ini?”
“Siapa tepatnya orang orang ini?”
“Mereka tukang cuci. Aku mengundang tukang basuh gres untuk meminta sesuatu.
Raja nampaknya menyaksikan putri. “angkat kepalamu.”
“Baginda kenapa anda menjajal menyaksikan paras perempuan rendahan.”
Putri masih menundukkan parasnya meski raja memintanya mengangkatnya.
“Aku akan pergi ke Buyongji. Ikuti aku.”
Raja mengajukan pertanyaan pertimbangan dayang kim mengenai penasehat negara kiri.
“Apa maksud anda dengan penasehat negara kiri?”
“Kenapa kau begitu terkejut? Ada yang terjadi tanpa sepengetahuanku? “Tidak baginda raja. Bagaimana mungkin saya bisa menyembunyikan sesuatu dari anda. Itu kata kata yang sungguh tidak masuk akal.”
“Gaeshi kau niscaya ada di pihakku kan?” membisu sebentar. “kenapa tidak menjawab?”
“Sejak kali pertama berjumpa di Istana timur di saat anada masuh putra mahkota saya ada di pihak andabaginda. Tolong yakin kesetiaanku baginda.”
“Baiklah. Jika kau berkata demikian niscaya begitu.”
Setelah bicara dengan raja dayang kim berjumpa menteri lee yi chum.
“Bukankah janjinya berbeda? Jika kau tidak ingin mengotori tanganmu kau mesti mengguntingnya dan menanti aku.”
“Bukankah saya sudah bilang saya tidak mempunyai peluang itu?”
“Setelah mendiang raja makan ketan dan meninggal kupikir kita ada di kapal yang sama. Mungkinkah kau punya motif lain?”
“Kalau begitu penjaga istana yang hendak pergi bukan aku. Dan bukankah katamu kau tak akan pernah menyebutkan itu lagi. Apa cuma saya yang takut akan dilema ke depannya?”
“Maafkan aku. Aku asal ngoceh sebab tersulut emosi.”
“Sepertinya kau salah paham namun saya bukan bawahanmu. Apa kau mengerti?”
“Aku mengerti. Tetap di jalur dayang Kim. Akan kupastikan untuk mengeluarkan duit hutang terhadap ibu keduamu. Tapi bagaimana dengan dayang yang berjumpa putri hwa in?”
“Aku sudah meminta mereka untuk menyingkirkannya.”
“Apa ia tidak menyebutkan ke mana ia pergi?”
“Kamu sungguh mengenaskan apakah seseorang yang dikejar menginformasikan ke mana tujuan mereka? Melihat kau mengucapkan hal yang tidak masuk logika hari ini, nampaknya kau sungguh tergesa gesa. Karena saya sudah menunjuk seseorang untuk mengikutinya saya kau tak boleh kehilangan ia dan mesti menyingkirkannya dengan benar kali ini. Kau tahu betul bahwa ada banyak mata dan indera pendengaran yang tak terlihat di dalam istana. Sebelum baginda tahu kau mesti secepatnya menanganinya.”
Sementara itu baginda raja dan pengawal kepercayaannyaJoung Yeong memandang para pramusaji wanita.
“Aku akan mengutus mereka mundur.” Kata joung yeong.
“Tidak ikuti aku. Cari Hwa in.”
“ Ya Baginda.”
“Usai kau memperoleh Hwa in awasi penasehat negara kiri secara membisu diam.jika ia membunuh putri hwa in bawakan buktinya padaku. “.
Ba woo menyaksikan Hwa in dan cha dol di saat keluar istana dibarengi seseorang. Ba woo menyergap orang itu dan menjadikannya pingsan. Ba woo mengambil lencananya. Ternyata ia seorang kasim. Ba woo menyusul hwa in dan cha dol. Ba woo tak mengajukan pertanyaan apa yang terjadi. Dia tahu seluruhnya gagal total. Cha dol mengajak lari lagi.
Dayang jo membawakan minuman ke penjara untuk Dae yop yang menginformasikan ia menyaksikan putri masih hidup dan berjanji kondusif menyelamatkannya. Mendengar itu chun bae menanyakan Ba woo. Dayang jo menginformasikan dae yop bahwa chun bae daru pihak yang serupa yang mencukik putri. Dae yop memaksa chun bae menginformasikan eksistensi Ba woo.
Menteri kiri tiba tiba tiba bareng taechul dan memukuli chhn bae mudah-mudahan menginformasikan eksistensi Ba woo. Chun bae menjawa di aewolu namun taechu sudah ke sana dan tak ada. Chub bae bilang lagi ba woo mungki. Di gongju sebab ibu dan kakaknya tinggal di sana. Dae yop teringat di saat itu bawoo yang menyamarbilang padanya ia tinggal di cheonan.
Sedangkan chun bae tak tahu tepatnya sebab ia lagi kurang sadarkan diri di saat itu. Menteri Li mengancam jikalau itu bohong ia akan dibentuk berpikir mati lebih baik. Tuan Li juga mengutus tidak memberi chun bae air hingga mereka tahu kebenaran ucapannya.
Dayang jo tertangkap lembap tuan li botol arak yang dibawanya terjatuh dan pecah. Apa kau akan kembali setelah memberi itu pada dae yop? Kembalilah. Dayang jo mengiyakan.
Aku paham bahwa rumah nenek menantuku ada di anseong. Kau tahu di mana itu kan?
Dae yop ingin bikin kontrak dengan Chun bae jikalau ia memberitahunya di mana Ba woo bersembunyi. Tetapi bahkan setelah diberi arak chun bae tidak ingin memberitahunya. Dae yop tak mengetahui ia begitu setia bahkan Ba woo tak menyelamatkannya.
Bagi chun bae kesetiaan seorang darah biru dan rakyat jelata berbeda. Saat chun bae mati nanti ba woo akan melaksanakan persembahan untuknya dan memikirkannya. Sedangkan Dae Yop setia pada orang yang mengurungnya. Sepertinya Dae yop kurang mengetahui itu.
Saat ditanya Ba woo, putri Hwa in tak tidak mempunyai sesiapa atau kawasan yang dituju. Cha dol kasihan dan ingin tinggal bersamanya. Cha dol dongeng pada ayahnya di saat di istana putri berjumpa gaesi perempuan absurd yang menyuruhnya mati. Mereka ngebahas soal pengkhianat. Dia mengutus putri mati demi raja. Raja bahkan melihatnya namun putri nggak mau ia tahu. Mungkin ia dirasuki perempuan absurd itu. Raja berlagak mengabaikannya. Ba woo tak mengetahui maksudnya. Cha dol menerangkan di saat mata putri berjumpa mataraja nampaknya mata mereka bertatapan. Ba woo pikir itu tak masuk logika dan mengutus anaknya tidur.
Putri menangis sendiri di saat ayahnya menyuruhnya mengangkat kepalanya. Dia tak sanggup melakukannya. Kemudian ia mendengar ayahnya pergi ke Buyongji dibarengi dayang kim. Ba woo yang melihatnya tak jadi menyapanya.
Tuan Li menentukan Taechul mempertahankan seluruhnya hingga ke gerbang Bukso. Taechul menentukan untuk menempatkan penjaga di setiap gerbang yang mengarah ke luar kota.
“Tapi jikalau nenek putri ada di anseong ibunya berasal dari Cheongju dan kampung halaman lelaki itu di Gongju mereka alan menuju selatan. Bukankah cukup mempertahankan dermaga Mapo, gerbang seodae, gerbang seoso, dan gerbang namdae saja?”
“Apa maksudmu saya sia sia mempertahankan seluruh jalur menuju gerbang bukso?”
“Tidak bukan itu maksudku.”
“Apa ada hukum yang menyampaikan ia tak boleh berpikir seumpama itu? Kutanya apa ada jaminan ia cuma bergerak seumpama prediksi kita.”
“Maafkan aku. Aku berpikiran sempit.”
“Dia bisa membossam tuan putri kenapa kau tak paham bahwa bergerak terburu buru bisa bikin kita memperoleh dilema yangebih besar. Dia mungkin belum bisa mengubah pakaiannya. Minta mereka memantau perempuan berbaju putih.”
“Aku sudah mengutus mudah-mudahan mereka mencari seorang perempuan berbaju putih. Jika ia timbul di manapun mereka akan pribadi membunuhnya.”
Tuan li mengerti.
Ba woo menyamar menjadi putri memakai memakai baju putih untuk mengalihkan perhatian para penjaga gerbang. Selagi mereka mengejar-ngejar Ba woo putri masuk bareng Ba woo.
Mereka hingga di pinggir hutan. Ba woo mengajak putri berpisah sekarang. Ba woo akan pergi bareng cha dol. Dia mempersilakan putri pergi ke manapun yang ia mau. Tetapi cha dol nggak mau pergi jikalau ayahnya nggak pergi bareng putri. Ba woo menyeret cha dol dan menggendongnya meninggalkan putri sendiri. Cha dol menangis merengek rengek minta pergi bareng putri.
Putri berlangsung menuju ke tepi tebing sambil mengingat perkataan dayang kim yang memintanya mati saja. Fakata bahwa ia masih hidupa kan menjadi dilema bagi baginda raja. Putri mendoakan ayah ibunya. Putri menangis.
Ba woo kesal dan mengutus cha dol melakukan apapun yang ia mau. Cha dol mengajukan pertanyaan padanya kalau putri meninggal apa nggak dilema bagi Ayahnya? Apa ayah beneran nggak akan balik? Cha dol akan balik ke putri dan minta ayahnya melaksanakan apapun yang ia mau. Cha dol pergi. Ba woo terganggu di saat mengingat putri menangis tadi malam. Ba woo pun menyusu cha dol.
Putri bangun di atas tebing. Di bawahnya jurang yang dalam. Ba woo menyaksikan putri dan berlari menyusulnya. Putri nampaknya menghilang Ba woo hingga di sana. Ba woo cemas cuma menyaksikan sepasang sepatu putri yang dibelikannya. Ba woo tambah cemas di saat menyaksikan ke bawah. Seperti baju putih mengambang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar