Tentangsinopsis.com – Sinopsis Oh! Master (Oh My Ladylord) Episode 3 Part 2, Simaak nieh untuk full sinopsisnya di goresan pena yang ini. Sedangkan kalau cari Episode Sebelumnya ada di sini.
Ibu Joo In akan datang. Dan untuk itu ia menata ulang rumah. Bahkan ia juga minta Bi Soo untuk pindah selama ibunya di sana. 3 hari aja. Dan biar Bi Soo mau ia bahkan manggil Bi Soo dengan panggilan Jagganim dan bukannya nama aja seumpama biasanya.
Mendengar ibu Joo In akan datang, Bi Soo juga ikut menolong Joo In merubah kamarnya menjadi kamar Joo In. Katanya dahulu itu ruang kerja ayahnya. Dan berkat itu Bi Soo tahu kalo ayah Joo In yakni seorang penulis. Bi Soo juga menolong Joo In memasang gambar besar Joo In yang sedang tersenyum biar lebih terlihat seperri kamarnya. Bi Soo menyaksikan foto Joo In. Kenapa beliau terlihat senang? Joo In memberitahu kalo ia berpose untuk kamera. Itu yakni pekerjaannya. Ia tersenyum di saat diberi aba-aba. Bi Soo juga sanggup melakukannya dengan sedikit latihan. Tapi yang Bi Soo lihat Joo In suka teriak. Joo In tersenyum. Mungkin alasannya yakni mereka tinggal serumah.
Ternyata Joo In punya seruan lain. Ia akan berbelanja perlengkapan mandi untuk ibunya. Dan selagi ia pergi ia ingin Bi Soo merapikan barang-barangnya yang ada di ruang tamu dan di kamar mandi. Bi Soo mengiyakan. Ia akan berbelanja kotak besar untuk mengemasi semua barangnya.
Keduanya sama-sama meninggalkan rumah. Joo In minta Bi Soo untuk akal-akalan nggak mengenalinya sehabis mereka berpisah. Bi Soo kemudian mempraktekkannya. Siapa kamu? Kenapa bicara denganku? Joo In menjumlah hingga tiga. Dan gres juga hitungan kedua Bi Soo pribadi pergi duluan.
Joo In belanja di mini market. Pegawainya mengenalinya dan seakan dekat dengannya. Kebetulan Bi Soo juga tiba untuk belanja di sana. Pegawai itu beralih ke Bi Soo dan ingat kalo ia melaminasi banyak catatan sebelumnya. Ia pikir seseorang di keluarganya mengidap alzheimer. Ia kemudian dongeng kalo ayah temannya juga menderita alzheimer. Rasanya sungguh bikin kelelahan hingga beliau ingin melewatkan ayahnya.
Bi Soo pribadi memarahinya. Gimana sanggup seorang anak menilai penyakit ayahnya memusingkan? Ia tahu orang yang bersikap bertentangan dengannya. Joo In yang ada di sana melongo dengarnya. Seperti tersentuh.
Bi Soo dan Joo In pulang bersama. Joo In merasa kalo Bi Soo mengesankan tadi. Ia bilang salah menilai penyakit keluarga memusingkan. Bi Soo mengaku merasa nggak tenteram makanya bicara. Joo In juga berterima kasih alasannya yakni Bi Soo telah melaminasi catatan di kulkas. Bi Soo melakujannya jatfja terusik xama ujungnya yanh tertekuk.
Joo In menyampaikan untuk membawakan barang Bi Soo namun Bi Soo nggak mengijinkan. Gimana kalo orang menyaksikan mereka jalan bersama. Joo In santai. Ia akan bilang kalo mereka nggak sengaja ketemu. Atau alasannya yakni mereka sungguh dekat. Bi Soo merasa nggak nyaman. Dua jalan duluan. Katanya dekat Joo In terlalu hangat. Lah padahal udaranya sungguh dingin.
Ibu pulang sambil memandangi pik rusak punya Chang Kyu. Ayah sedang menulis sesuatu. Serius banget hingga nggak tahu kalo ibu pulang. Ayah menyaksikan kalo ibu tersenyum. Ibu malah nggak menyadarinya. Ia bohong dengan bilang kalo itu alasannya yakni bulan purnama. Ibu kemudian ke kamar dan meminum obatnya. Ayah masuk. Ibu berbohong bilang kalo beliau sakit perut.
Ayah merasa kalo belakangan ibu aneh. Ia memasarkan rumah Bi Soo dan mau berhenti dari rumah sakit. Ibu bilang kalo ia ingin menikmati hidup. Merasakan aroma lain selain lorong rumah sakit. Ayah menghampirinya dan seakan ingin ibu menyerahkan posisi eksekutif kepadanya. Ibu nyuruh ayah untuk melakukannya dengan bisnisnya sendiri. Ia telah merekomendasikannya ke pihak rumah sakit.
Joo In menolong Bi Soo mengemasi barangnya. Ia menyinggung kebiasaan Bi Soo menutup pintu dan laci. Menurut Bi Soo, Pintu memang untuk ditutup. Kalo menurut Joo In, Pintu itu untuk dibuka. Bi Soo membantah. Ia memberitahu kalo itu ada untuk membagi ruang. Dan di saat ia menyaksikan pintu setengah terbuka, ia nggak sanggup berhenti menatapnya dan sungguh ingin menutupnya.joo In manggil Bi Soo dengan Jagganim lagi. Bi Soo hingga hafal kalo Joo In begitu niscaya ada yang ia inginkan. Ternyata enggak. Joo In cuma heran kenapa Bi Soo sama sekali nggak mengeluh di saat ia bilang ibunya akan tiba dan memintanya pindah. Bi Soo memberitahu kalo ia melakukannya alasannya yakni ia ingin.
Akhirnya seluruhnya selesai. Joo In masuk kamarnya dan pribadi rebahan. Lah beliau lupa menutup pintu. Ia berdiri dan mau menutupnya. Bi Soo di kamar depan juga ngasih kode untuk nutup. Joo In paham dan menutupnya.
Bi Soo yang lanjut nulis malah ingat sama Joo In di saat mereka jalan pulang bareng tadi. Ih senyum. Tapi dikit doang.
Paginya Joo In menyeduh teh. Bi Soo keluar dari kamarnya sambil bawa koper dan komputernya. Ia akan pergi. Joo In berterima kasih alasannya yakni Bi Soo telah mau tinggal di daerah lain. Bi Soo memperbolehkan Joo In untuk membiarkan pintu terbuka selagi beliau nggak ada. Dan terima kasih telah menutup pintu di saat itu. Keduanya terdiam. Hhh.. kayak berat banget mau pisah bentar doang.
Bi Soo kembali ke tempat tinggal yang ditawarkan sama Dae Young. Jae Hwan kaget. Dikiranya Bi Soo diusir sama Joo In. Bi Soo melarangnya untuk banyak ngomong. Kerja. Ia kemudian menyaksikan naskah Red Siren episode 4 di meja dan membacanya. Ingat apa yang ibunya bilang kalo Thriller kejahatan nggak perlu senantiasa sarat darah. Pria menemui wanita, perempuan menemui pria. Mereka jatuh cinta…
Ibu secara tiba-tiba nelpon. Padahal beliau juga pingin nelpon. Ibu minta maaf kalo ia banyak salah selaku ibu. Bi Soo jadi merasa nggak enak. Dia ngajak ibu keluar dan makan siang dengannya.
Joo In menenteng ibu ke rumah. Ibu bahagia menyaksikan rumah itu. Serasa kembali ke masa 14 tahun yang lalu. Baru lihat luarnya saja telah menciptakan ibu senang. Mereka kemudian masuk. Ibu duduk dan menyaksikan masa lalunya. Ia menjemur busana kemudian duduk menatapnya. Air jatuh dari busana yang ibu jemur. Di dekatnya ada cabai dan beberapa sayuran yang ibu juga jemur. Mendadak ada yang nelpon ibu. Dari rumah sakit. Katanya ayah pingsan dan kondisinya kritis. Ibu panik.
Joo In tiba dan membuyarkan lamunannya ibu. Ia meniadakan air matanya. Joo In mengajaknya masuk. Ibu menyaksikan pemutar piringan hitam punya Bi Soo dan menyangka kalo itu miliknya. Joo In mengaku membelinya alasannya yakni menggembirakan menyimak musik sambil duduk di halaman. Joo In nyuruh ibu untuk istirahat namun ibu nggak mau. Dia mau lihat-lihat rumah Joo In.
Ia kemudian membuka kulkas. Ibu kayak nggak percaya kalo Joo In sanggup melakukannya. Joo In sesumbar kalo ia sanggup kalo telah bertekad. Ibu menyaksikan kalo Joo In nggak punya materi masakan. Joo In memberitahu kalo ia biasa makan di luar. Ibu menyayangkan padahal mmemasak itu menggembirakan dan sungguh sehat. Joo In merasa kalo ibu cerewet. Tapi itu menyenangkan. Ia kemudian meluk ibu.
Selanjutnya mereka ke kamar Joo In yang juga yakni daerah kerja ayah dulu. Di sana ibu menyaksikan foto ayah dan meja daerah ayah menulis. Rasanya ayah sanggup tiba kapan saja. Ia berterima kasih pada Joo In yang telah bersusah payah untuk semua ini.
Bi Soo makan sama ibu. Agak heran lihat ibu cuma makan sayur. Kata ibu seleranya berubah. Bi Soo pikir ibu nggak mengidam masakan apapun alasannya yakni telah merasakan banyak masakan lezat. Ibu menanyakan daerah Bi Soo tinggal sekarang. Ia ingin membersihkan daerah itu, merapikan barang-barangnya, masak untuknya, dan melaksanakan hal-hal yang ditangani ibu lain.
Ibu juga nyuruh Bi Soo untuk punya lavat. Ia telah menciptakan banyak uang. Bi Soo mengaku terlalu sibuk menulis namun ia akan mengusahakannya namun ia minta ibu untuk berhenti mengomelinya. Ibu nggak nyuruh Bi Soo untuk menikah. Hanya pacaran. Bi Soo mengancam akan pulang kalo ibu ngomongin itu mulu. Ibu mengiyakan dan melarang.
Di rumah Joo In memijat kaki ibu. Ibu berasa kembali ke panti jompo. Joo In sendiri suka melakukannya alasannya yakni ia sanggup menjadi putri yang berbakti. Nggak usang kemudian ibu malah tertidur. Joo In teringat apa yang dibilang dokter sebelumnya kalo ia mesti menghubungi panti jompo kalo ada insiden.
Yoo Jin berada di kendaraan beroda empat bareng ajudannya dan ia dikasih ponsel yang sanggup ia gunakan di Korea. Sepertinya Yoo Jin gres kembali ke Korea. Ia memakai ponsel itu untuk nelpon Joo In. Joo In bahagia ditelpon sama Yoo Jin. Joo In tahunya Yoo Jin masih di Paris dan menanyakan Menara Eiffel dan Montmartre. Yoo Jin memberitahu kalo mereka masih sama namun alasannya yakni nggak ada Joo In jadinya nggak menyenangkan.
Joo In minta maaf alasannya yakni nggak sanggup tiba di program bazar nya. Yoo Jin nggak mempermasalahkan. Joo In kemudian dongeng kalo ia telah berbelanja rumah lamanya. Yoo Jin ikut bahagia dengarnya. Joo In menyampaikan kalo butuh 10 tahun untuk kembali ke sana. Yoo Jin tahu kalo itu sulit namun Joo In nggak pernah menunjukkannya. Tapi mulai kini Joo In sanggup jadi diri sendiri di saat berada di dekatnya. Joo In menangkap kalo seakan Yoo Jin ada di dekatnya.
Yoo Jin mengaku merindukan Seoul. Joo In menyuruhnya kembali. Parissangat jauh. Mereka saling bilang kangen kemudian menutup telpon. Yoo Jin membuka beling mobilnya dan merasakan udara Korea.
Chang Kyu sedang main gitar. Bi Soo secara tiba-tiba datang. Ia pikir Bi Soo sedang mandek namun katanya ia cuma datang. Sekalian Chang Kyu dongeng wacana perempuan yang ia senangi di saat kuliah yang secara tiba-tiba tiba menemuinya. Lah Chang Kyu nggak tahu kalo beliau lagi dongeng sama anaknya. Bi Soo nggak mau dengar dan menanyakan piringan hitam yang baru. Chang Kyu menunjukkannya dan ia secepatnya ke sana. Chang Kyu berpesan biar Bi Soo jangan pernah menulis naskah wacana asmara.
Ibu yang tidur sama Joo In berdiri dan mencatat resep.
Bi Soo memutuskan piringan hitam yang ia inginkan. Chang Kyu menghampirinya dan dongeng kalo ia menerimanya dari seorang lelaki yang nggak punya daerah untuk menyimpannya. Ia merasa kalo album itu g#la. Bi Soo Me mintanya untuk nggak menyebutkan kata itu alasannya yakni ia ingin menghapusnya.
Bicara dengan Chang Kyu menciptakan Bi Soo mendapatkan suatu ide. Dia nggak sanggup membunuhnya sendiri dan hasilnya nyuruh orang lain untuk melakukannya. Ia akan jadi pembunuhnya dan bukannya dokter nya. Chang Kyu risau lihat Bi Soo yang ngomong sendiri. Kayak orang g#la.
Bi Soo kemudian menyaksikan gitar dan jadi punya wangsit lain. Gitaris Joo In memakai senapan yang berupa gitar. Pembunuh wanita, gitaris. Dialah pembunuhnya. Ia kemudian pulang untuk menulis apa yang ia sanggup tadi.
Tapi sesampainya di rumah ia malah nggak tahu mau nulis apa. Sekeras apapun beliau menjajal tetap nggak bisa. Bahkan hingga nyembah-nyembah komputernya segala.
Akhirnya Bi Soo tiba ke tempat tinggal Joo In. Tentu saja munculnya diam-diam. Niatnya sih mau nulis beberapa halaman aja. Dan biarpun lagi tergesa-gesa beliau masih sempat menata sepatu di depan. Dan sampailah ia di ruang kerjanya. Dan ajaib. Gampang banget gitu nulis nya. Padahal tempatnya gelap. Ih sanggup ya nulis di daerah gelap gitu.
Pagi hasilnya tiba dan Bi So mengakhiri naskahnya cuma dalam waktu samakan dan pribadi mencetaknya. Suka deh sama aromanya. Ada pembunuhan yang ia senangi dan ada juga adegan romantis. Dan di saat ia menawan pelatuknya secara tiba-tiba ia hilang kenangan dan gagal membunuhnya. Joo In secara tiba-tiba masuk. Bingung. Bi Soo ngapain? Bi Soo menampilkan kalo beliau lagi kerja. Joo In mengingatkan kalo ibunya ada di sini. Dia kemudian nyuruh Bi Soo untuk berkemas sebelum ibunya melihatnya. Bi Soo mengiyakan dan mau menenteng komputernya. Dan tahu-tahu…
“Yeobo! Selamat pagi!”
Keduanya pribadi melongo lihat ibu tersenyum ke Bi Soo alasannya yakni menilai kalo Bi Soo yakni suaminya.
Bersambung…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar